Ads Top

Ini 5 Suku di Indonesia Yang Punya Ritual Seksualitas yang Aneh!

Ngomongin budaya di Indonesia gak ada abisnya. Sabang sampe Merauke itu jarak yang sangat jauh, dan oleh karena itu gak heran kalau budaya yang lahir itu susah buat diitung keseluruhannya.

Dari berbagai budaya yang muncul tersebut, ternyata ada beberapa budaya yang mungkin bisa dibilang gak masuk akal dan bikin kita garuk-garuk kepala.



Kamu mah gak mungkin ngerti apa tujuannya karena otak kamu udah diselimuti oleh budaya modern, budaya barat lebih tepatnya.

Satu-satunya cara agar kamu bisa menghargai, sekaligus mengerti apa sebenarnya tujuan di balik budaya suku-suku di Indonesia yang masih memiliki logika zaman dulu ya kamu harus meninggalkan logika modern yang kamu punya itu untuk sesaat. Dengan begitu pikiran kamu jadi kebuka dan bisa masuk ke dalam logika para suku ini.

Seperti yang dilansir oleh historia.id, ternyata ada 5 suku di Indonesia yang memiliki ritual seksualitas yang bisa dikatakan susah untuk diterima di logika orang kota alias aneh. Berikut penjabaran dari kelima suku tersebut!

1. Suku Atoni Pah Meto dari Timor Barat


Di suku ini, seorang laki-laki yang udah akil balig kudu disunat dengan pisau dan penjepit dari belahan bambu. Ada dua tujuannya, pertama sebagai tanda memasuki alam kedewasaan, dan kedua untuk kepuasan seksual.

Setelah disunat, ketika lukanya masih belum sembuh, ia harus melakukan hubungak seks dengan perempuan buat ngebuang "panas" (sial, penyakit), dan sekaligus nguji kekuatan seks-nya. Aduh kok main kuat-kuatan sih :(

Namun sayangnya, perempuan yang tadi dijadiin "tempat pembuangan" sial, kemudian dikucilkan oleh masyarakat. Gila! Kasian amat cewek yang kayak gitu. Gak tega ya?

2. Suku di Maluku


Ritual seksualitas selanjutnya datang dari Maluku. Ketika mengadakan upacara pendewasaan diri, seorang laki-laki harus digauli atau "dipake" dulu sama "dukun".

Setelah ia berhubungan badan dengan dukun, barulah si laki-laki ini sah menjadi dewasa. Tapi perlu dicatat kalau dukun yang "menggauli" si anak laki-laki itu juga berjenis kelamin laki-laki :(

Gak mau jadi dewasa, maunya jadi anak kecil aja kalau gitu caranya!

3. Suku Asmat di Papua


Kalau di Papua beda lagi. Anak laki-laki yang akan beranjak dewasa harus melewati ritual berhubungan fisik dengan laki-laki yang lebih tua alias bangkotan.

Masyarakat di sana percaya dengan melakukan tindakan demikian maka kekuatan yang dimiliki oleh laki-laki dewasa akan diwarisi oleh anak laki-laki tersebut.

Tetap teguh pada pendirian, gak mau jadi dewasa, maunya jadi anak kecil aja :(

4. Suku Marind di Papua


Biasanya orang setelah menikah, mempelai pria dan perempuan bakal tidur bersama dan melakukan belah duren.

Nah kalau di suku Marind beda. Mempelai pria harus menghabiskan malam pertamanya dengan pria juga. Menurut mereka, para pria gak boleh begitu aja nyerahin diri sepenuhnya kepada wanita di malam pertama. Oleh karena itu, tidur dengan istri di malam pertama bakal bikin pria Marind kehilangan kehormatan dan pamornya.

Bodo amat dah kehilangan pamor, kasian itu istri ditinggal sendirian di kamar, nanti digondol kolor ijo.

5. Ritual Seks di Ponorogo Jaman Dulu


Budaya yang ada di Ponorogo ini disebut Gemblak. Jadi begini, setelah resepsi perkawinan selesai, mempelai perempuan bakal bobo dengan keluarganya. Hal itu disebabkan oleh alasan mereka kawin adalah perjodohan, jadi belum saling kenal nih satu sama lain.

Nah, buat nemenin mempelai pria bobo, pihak mempelai perempuan kudu menyediakan gemblak, yakni seorang lelaki muda yang menjadi pelampiasan hasrat seksual untuk mempelai pria.

Mending bobo sendirian aja deh ya, lebih enak, lega !.


Wah dari beberapa ritual di atas, kayaknya homoseksual cukup kental pada budaya jaman dulu ya? Untung jaman sekarang udah gak ada ya yang model kayak gitu, kalau masih ada, wah bisa gila gue !.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.