Stunting Ancam Kesehatan hingga Kecerdasan Anak, Cegah dengan Langkah-Langkah Ini!
NOTESIAGOY - Stunting menjadi momok menakutkan bagi generasi bangsa. Bagaimana tidak, stunting dapat mengancam kesehatan hingga kecerdasan seorang anak.
Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan standar tinggi badan usianya. Hal ini juga bisa terjadi akibat kekurangan gizi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2%. Angka ini meningkat dari tahun 2010 dengan prevalensi stunting 35.6%.
Angka prevalensi tersebut juga lebih tinggi dari beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), Thailand (16%), Malaysia (10%), dan Singapura (4%).
Tingginya angka stunting di Indonesia cukup mengancam para generasi muda. Terutama dalam hal kesehatan dan kecerdasan.
Menurut Ir. Tatang S. Falah, M.Sc dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, bayi yang lahir stunting dapat menyebabkan beberapa penyakit tidak menular yang menelan biaya tinggi saat dia dewasa. Hal ini disampaikan dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah bertajuk "Pembangunan Gizi & Kesehatan untuk Keadilan Sosial: Memahami Permasalahan Stunting di Indonesia".
"Kalau sudah dewasa, dia akan kena penyakit tidak menular yang menelan biaya tinggi. Seperti diabetesm obesitas, dan stroke," jelas Ir. Tatang di Jakarta Pusat, pada Rabu (18/10/2017) lalu.
Bayi yang lahir dengan kondisi stunting, tingginya tidak akan bisa normal hingga dewasa. Selain risiko kesehatan, bayi dengan stunting disebut memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dari bayi yang lahir dengan tinggi badan normal.
"Bayi yang lahir stunting tingkat kecerdasannya lebih rendah dibanding yang lahir dengan kondisi normal. IQ-nya drop beberapa poin dari yang normal," lanjut Ir. Tatang.
Beberapa faktor penyebab stunting menurut Ir. Tatang adalah jenis makanan, kontrol frekuensi makan kepada bayi yang kurang, dan pelayanan kesehatan yang kurang.
"Mungkin orangtuanya kaya. Tetapi dia salah memberikan makanan yang tidak bergizi. Itu bisa terjadi," ujarnya.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi lahir stunting? Ia menjelaskan agar orangtua memperhatikan segala yang dibutuhkan bayi pada 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama setelah lahir.
Pemenuhan gizi ibu hamil, memberi ASI eksklusif kepada bayi sampai 6 bulan, memberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup dan berkualitas, hingga akses terhadap air bersih dan sanitasi adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Sementara itu, Dr. Entos Zainal, MPHM, Kepala Sub Direktorat Promosi Kesehatan & Gizi Masyarakat Kementerian BAPPENAS menjelaskan bahwa stunting bisa diatasi dengan beberapa hal. Salah satunya adalah pencegahan anemia terhadap ibu hamil dengan meminum tablet tambah darah.
"Kalau ibu hamil tidak minum tablet tambah darah, jadi anemia. Ketika bayi lahir maka IQ (bayi) lebih rendah dari ibu yang tidak anemia. Begitu masuk sekolah kena gangguam kecerdasan. Jadi tablet tambah darah harus diminum sampai habis," tandas Dr. Entos.
Cegah Stunting, Orangtua Harus Sajikan Warna-warni Sayur & Buah hingga Protein di Piring
Setiap orangtua harus mengatur diet anak supaya tidak mengalami permasalahan gizi, seperti stunting dan obesitas. Salah satunya yakni memenuhi asupan gizi dengan menerapkan piring makan berupa warna-warni makanan.
Dunia saat ini mengalami krisis ketersediaan makanan sehat hingga tahun 2050. Padahal diet yang tak sehat menjadi faktor utama penyakit tidak menular, terutama karena obesitas.
FAO mencatat, dari 723 juta orang yang menderita kelaparan, 490 juta di antaranya merupakan penduduk Asia Pasifik. Hal ini sama saja disebut dengan kekurangan gizi yang menjadi masalah krusial.
Menteri Kesehatan RI Prof Dr dr Nila F Moeloek SpM(K) mengatakan, Indonesia salah satu negara dengan jumlah penderita stunting yang tinggi. Padahal permasalahan ini dapat dicegah dengan membenahi pola diet yang dimulai dari keluarga.
"Stunting paling banyak ada di Indonesia Timur, seperti yang saya lihat langsung di perbatasan NTT-Timor Leste, saat itu kami bagikan makanan pendamping. Kondisinya anak-anak tidak ceria. Itu menunjukkan bahwa mereka mengalami dampak stunting," tuturnya di Kantor Kementerian Kesehatan RI, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (9/10/2017) lalu.
Terlebih, stunting tak hanya membuat penampilan tubuh anak kerdil. Otak mereka juga mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang.
Bila dirunut, Indonesia sebenarnya salah satu lumbung pangan yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Sayang, banyak masyarakat yang tidak tahu cara mencukupinya dengan baik.
Tak cuma itu, tambah Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr Anung Sugihantono MKes, stunting terjadi akibat pergeseran kebiasaan masyarakat dalam hal berbelanja. Karena ingin ringkas, orangtua kerap memberikan anaknya makanan instan.
Tidak seharusnya masalah ini terjadi, sehingga semakin menambah angka kejadian stunting. Belum lagi, masalah status gizi lainnya yang ada di Indonesia hingga sekarang.
Untuk mencegah stunting, menurut Anung, setiap orang harus memenuhi kebutuhan gizi harian lengkap. Dalam piring makanan, harus dilengkapi dengan sumber karbohidrat, serat, protein, mineral dan vitamin lainnya.
"Piring makanan yang warna-warni bisa jadi cara untuk mencegah stunting. Di piring jangan hanya ada nasi sebagai karbohidrat dan protein, tapi harus lengkap sebagai implementasi 4 sehat 5 sempurna dulu," bebernya.
Karena di sisi masalah apapun, mencegah stunting sangat penting. Masyarakat juga harus paham dengan pesan gizi yang wajib diterapkan.
"Tidak cuma memenuhi piring makan, setiap orang juga harus cuci tangan pakai sabun, melengkapi makanan dengan minum susu, banyak minum air putih, aktivitas fisik rajin, terbiasa baca label makanan dan sebagainya," katanya.
Apalagi saat membeli makanan kemasan, harus tepat membaca label makanan. Di dalamnya harus ditunjukkan berapa jumlah kalori, jumlah karbohidrat, lemak, protein, dan lainnya.
Menkes Nila berpesan, saat memberi makanan kemasan pada anak, orangtua harus membatasi dan menyelingi dengan makanan sehat lainnya. Ajarkan pula anak-anak mengenali jenis makanannya supaya tidak memicu masalah kecukupan gizi.
Tidak ada komentar: