TERUNGKAP, Mengapa Anak Perempuan Memiliki Risiko Lebih Kecil Menderita Autisme
NOTESIAGOY - Hingga kini penyebab autisme pada anak belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang anak mengalami gangguan saraf tersebut. Salah satunya adalah jenis kelamin. Anak laki-laki berisiko empat kali lipat untuk mengembangkan spektrum autisme. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana hal itu bisa terjadi.
Peneliti dari University of Iowa melakukan percobaan pada tikus untuk melihat alasan mengapa anak laki-laki lebih berisiko. Dari data yang didapatkan peneliti, dalam setiap 200 kasus autisme terdapat satu kasus yang disebabkan oleh penghapusan DNA pada kromosom tertentu. Peneliti lalu mencoba menghapus DNA tersebut pada tikus.
Tikus betina maupun jantan yang digunakan dalam penelitian diuji kelainan perilakunya saat pemberian hadiah. Reaksinya ditunjukkan oleh bagian otak yang disebut striatum. Tanda-tanda perilaku abnormal hanya tampak pada tikus jantan saja. Sedangkan tikus betina terlihat tidak terpengaruh walaupun DNA sudah dihapus.
Percobaan lebih lanjut dilakukan peneliti untuk menunjukkan perbedaan perilaku antara tikus jantan dan betina yang berkaitan dengan jalur pensinyalan di striatum.
Dari hasil percobaan peneliti mengambil kesimpulan pemberian hadiah tidak memuaskan dengan cara yang sama pada tikus jantan dan betina. Hal itu menyebabkan adanya gangguan penghargaan sehingga terjadi kesulitan berinteraksi sosial.
“Hasil penelitian ini dapat menjelaskan mengapa orang-orang yang terkena autisme minatnya terbatas. Alasannya karena mereka sangat selektif memilih hal-hal yang dianggapnya bermanfaat,” ungkap peneliti senior, Dr Ted Abel seperti yang dikutip dari situs Daily Mail, pada Rabu (18/10/2017) lalu.
Hal lain yang diungkapkan oleh penelitian ini adalah perempuan memiliki efek perlindungan terhadap penghapusan DNA.
Penulis utama penelitian, Dr Nicola Grissom mengatakan, “Efek perlindungan pada perempuan menjelaskan mengapa laki-laki lebih sering terkena gangguan perkembangan saraf. Berdasarkan jalur sinyal di otak, perempuan lebih mungkin untuk menerima sinyal dengan lebih baik sehingga memengaruhi neurobiologi untuk menentukan mereka belajar dan berperilaku.
Anak-anak yang mengalami austisme biasanya mengalami kesulitan untuk berinteraksi sosial, komunikasi, dan berperilaku. Dalam beberapa kasus, gejala baru muncul di saat anak-anak berumur 2 tahun.
Seperti Ini Tanda-Tanda Anak Mengalami Autisme
Orangtua perlu mengetahui gejala autisme sedini mungkin. Biasanya, ada beberapa perilaku yang merujuk pada autism spectrum disorders yang bisa dideteksi sebelum anak berusia 3 tahun.
Dr Gitayanti Hadisukanto, SpKJ(K), psikiater anak dan remaja, menyebutkan gejala-gejala seorang anak mengalami autism spectrum disorders.
"Ini gejala utamanya. Kalau kita bicara dengan seseorang kan pasti menyapa. Ada yang masih tidak mau kontak mata, tapi ada yang sedikit-sedikit mau," jelas dr Gita di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Kamis 23 Maret 2017 lalu.
Namun, ia tidak bisa mempertahankan kontak mata dalam jangka waktu lama. Meskipun bisa, anak hanya kontak mata dengan orang-orang tertentu saja.
Cuek
Anak cenderung tidak merespons bila diajak bicara. Kerap, anak dengan autisme dianggap tuli. Namun, orangtua perlu mengecek fungsi pendengaran anak langsung ke dokter spesialis.
Tes sederhana bisa dilakukan, misalnya, orangtua bisa mengetes anak, apakah ia akan berlari ke arah suara bila dinyalakan televisi atau musik.
Komunikasi nonverbal
Anak autisme cenderung tidak dapat merespon ketika diajak bercanda. Ia cenderung fokus dengan dirnya sendiri. Padahal, pada umumnya anak dapat merespon candaan dengan tertawa atau semacamnya.
Tidak bisa berempati
Di usia balita, anak akan tertarik untuk bermain masak-masakan atau jual-jualan. Contoh permainan ini dapat melatih empati amal.
Perilaku terulang
Misalnya, anak suka sekali melompat dan kegiatan tersebut dilakukan secara berulang. Anak juga suka memainkan jari atau membanding-bandingkan barang. Rata-rata kegiatannya dilakukan tanpa tujuan tertentu.
Tidak ada komentar: