Deretan 3 Prediksi Kiamat Yang Bisa Terjadi Sebentar Lagi, Percaya?
NOTESIAGOY -- Hari kiamat dipercaya oleh semua umat beragama akan terjadi. Tak cuma para pengikut agama tertentu, para ilmuwan dan mereka yang percaya akan ilmu pengetahuan, semua percaya bahya hari akhir itu akan terjadi.
Banyak sekali penelitian dan prediksi para ilmuwan tentang bagaimana kiamat nantinya akan terjadi. Kebanyakan melibatkan kehancuran Bumi karena bersinggungan dengan benda langit, dan akan terjadi dalam jutaan tahun mendatang. Namun para ilmuwan juga punya prediksi akan kiamat di mana hal tersebut akan terjadi dalam waktu dekat.
Bahkan, potensi kehancuran tersebut bukanlah yang berasal dari luar Bumi atau bencana, namun hal tersebut merupakan ulah manusia sendiri. Apa saja hal itu? Berikut ulasannya.
1. Pandemi
Dilansir dari Daily Mail, sebuah laporan yang dibuat oleh para ilmuwan dari Oxford University menyatakan bahwa salah satu aspek yang akan membawa dunia pada hari akhirnya adalah pandemi. Pandemi merupakan sebuah penyakit mematikan yang penyebarannya sudah meluas ke seluruh dunia.
Petugas Palang Merah dalam pandemik Spanish Flu pada tahun 1918 (foto: time
Penyakit ini menyebar sebegitu luasnya hingga di tiap jengkal Bumi sudah lazim jika sudah ada korban terenggut penyakit ini.
Para peneliti menyatakan bahwa virus seperti ebola dan zika berpotensi besar untuk menjadi pandemi jika tidak disikapi dengan serius oleh para petinggi dunia. Hal ini dikarenakan berbagai penyakit dan virus ini mengandung patogen yang belum diketahui dunia kedokteran tanpa vaksin yang juga ampuh untuk menangkalnya.
Oleh karena itu kemampuan penyebarannya jauh lebih kuat ketimbang penangkalannya. Hal ini terutama bagi negara-negara yang fasilitas kesehatannya masih rendah.
Beberapa pandemi global yang pernah menjangkit dunia adalah Sars di tahun 2003, Ebola di 2014, serta Zika di tahun lalu yang ternyata dapat ditangani dengan baik. Setelah pandemi, masih ada soal perang nuklir.
2. Perang Nuklir
Dari proyek ilmiah yang sama, digarisbawahi bahwa senjata nuklir juga berpotensi besar untuk menghancurkan seluruh umat manusia. Hal ini disampaikan oleh Piers Millet, parak biosecurity dari Future of Humanity Institute.
Tak cuma bisa memusnahkan umat manusia dalam hitungan detik, namun yang tidak terkena dampak ledakan bisa terkena dampak radiasi. Dalam hal ini, bahkan orang yang meninggal di detik pertama ledakan mungkin bisa jadi justru orang yang beruntung. Karena hidup dengan paparan radiasi sungguh menyiksa.
India merupakan salah satu negara dunia yang memiliki senjata nuklir (sumber foto: nationalinterest)
Meski belum terjadi, hal ini sudah jadi momok dunia sejak tahun 1980an, di mana AS dan Uni Soviet bisa dengan mudah melakukan perang nuklir.
Jika hal ini terjadi, kota besar dan hutan akan terbakar, asap akan membentuk awan yang memblokade sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi. Partikel ini tak akan hilang meski 'dihujankan' ke Bumi selama bertahun-tahun.
Dalam skenario terburuk, diperkirakan 99 persen cahaya matahari akan terhalau untuk masuk ke Bumi dalam beberapa bulan. Tumbuhan tak bisa berfotosintesis, makanan untuk manusia dan hewan akan lenyap.
Belum lagi suhu permukaan Bumi akan menurun dan membuat Bumi akan lumpuh dalam dinginnya es, sementara tanaman dan hewan akan binasa dalam kegelapan.
Kondisi ini akan sangat mirip dengan kiamat yang disebabkan hujaman asteroid yang memusnahkan dinosaurus berjuta-juta tahun lalu.
Namun soal perang nuklir ini berkebalikan dengan kondisi Bumi kita sendiri yang makin panas.
3. Pemanasan Global
Isu pemanasan global yang sering muncul di berbagai media, ternyata bukan isapan jempol belaka. Bulan Februari tahun lalu, ternyata memecahkan rekor suhu Bumi terpanas.
Ilustrasi Pemanasan Global
Dilansir dari Daily Mail, NASA merilis sebuah data yang menunjukkan temperatur rata-rata permukaan global. Pada Februari tahun lalu, temperatur rata-ratanya 1,35 derajat Celcius lebih tinggi daripada temperatur rata-rata bulanan pada tahun 1951 hingga 1980. Ini adalah temperatur tertinggi dalam sejarah manusia. Bahkan para ilmuwan menganggap hal ini sebagai 'keadaan iklim darurat.'
Keadaan ini memecahkan rekor yang terjadi hanya di bulan sebelumnya. Pada Januari 2016, temperatur rata-rata berada 1,13 derajat Celcius lebih tinggi dari temperatur rata-rata, menurut hasil data yang disediakan oleh Goddard Institute for Space Studies milik NASA.
Laporan dari NASA ini adalah laporan yang sangat penting bagi berlangsungnya iklim di Bumi. Para analis dari Weather Underground, Jeff Masters dan Bob Henson bahkan menyatakan bahwa laporan ini mengejutkan layaknya bom. Sang analis juga menyatakan bahwa 'Pemanasan Arktik' adalah penyebab utama hal ini terjadi.
"Seperti ditunjukkan oleh tanda merah gelap dari laporan tersebut, sebagian besar dari Alaska, Kanada, Eropa timur, Rusia, serta samudera Arktik, berada pada temperatur 4.0 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata," ungkap Masters dan Henson.
NASA pun juga mengamini bahwa lautan Arktik yang sebenarnya adalah lautan es, telah terekam satelit mengalami kenaikan permukaan, dan pertumbuhan es nya sangatlah lambat.
Di Februari 2017, kenaikan es rata-rata hanya 14,22 juta kilometer persegi. Ini adalah angka paling rendah di bulan Februari sepanjang satelit pernah merekam. Ini lebih rendah sejauh 1,16 juta kilometer persegi di bawah angka rata-rata bulanan tahun 1981 hingga 2010.
Tentu jika lautan Arktik yang sangat penting bagi keberlangsungan Bumi agar tak tenggelam, justru meleleh karena makin tahun Bumi makin panas, tenggelamnya umat manusia merupakan bom waktu bagi kita semua.
Belum lagi, salah satu pemimpin dunia yang merupakan presiden AS, Donald Trump, tak percaya adanya pemanasan global.
Banyak sekali penelitian dan prediksi para ilmuwan tentang bagaimana kiamat nantinya akan terjadi. Kebanyakan melibatkan kehancuran Bumi karena bersinggungan dengan benda langit, dan akan terjadi dalam jutaan tahun mendatang. Namun para ilmuwan juga punya prediksi akan kiamat di mana hal tersebut akan terjadi dalam waktu dekat.
Bahkan, potensi kehancuran tersebut bukanlah yang berasal dari luar Bumi atau bencana, namun hal tersebut merupakan ulah manusia sendiri. Apa saja hal itu? Berikut ulasannya.
1. Pandemi
Dilansir dari Daily Mail, sebuah laporan yang dibuat oleh para ilmuwan dari Oxford University menyatakan bahwa salah satu aspek yang akan membawa dunia pada hari akhirnya adalah pandemi. Pandemi merupakan sebuah penyakit mematikan yang penyebarannya sudah meluas ke seluruh dunia.
Petugas Palang Merah dalam pandemik Spanish Flu pada tahun 1918 (foto: time
Penyakit ini menyebar sebegitu luasnya hingga di tiap jengkal Bumi sudah lazim jika sudah ada korban terenggut penyakit ini.
Para peneliti menyatakan bahwa virus seperti ebola dan zika berpotensi besar untuk menjadi pandemi jika tidak disikapi dengan serius oleh para petinggi dunia. Hal ini dikarenakan berbagai penyakit dan virus ini mengandung patogen yang belum diketahui dunia kedokteran tanpa vaksin yang juga ampuh untuk menangkalnya.
Oleh karena itu kemampuan penyebarannya jauh lebih kuat ketimbang penangkalannya. Hal ini terutama bagi negara-negara yang fasilitas kesehatannya masih rendah.
Beberapa pandemi global yang pernah menjangkit dunia adalah Sars di tahun 2003, Ebola di 2014, serta Zika di tahun lalu yang ternyata dapat ditangani dengan baik. Setelah pandemi, masih ada soal perang nuklir.
2. Perang Nuklir
Dari proyek ilmiah yang sama, digarisbawahi bahwa senjata nuklir juga berpotensi besar untuk menghancurkan seluruh umat manusia. Hal ini disampaikan oleh Piers Millet, parak biosecurity dari Future of Humanity Institute.
Tak cuma bisa memusnahkan umat manusia dalam hitungan detik, namun yang tidak terkena dampak ledakan bisa terkena dampak radiasi. Dalam hal ini, bahkan orang yang meninggal di detik pertama ledakan mungkin bisa jadi justru orang yang beruntung. Karena hidup dengan paparan radiasi sungguh menyiksa.
India merupakan salah satu negara dunia yang memiliki senjata nuklir (sumber foto: nationalinterest)
Meski belum terjadi, hal ini sudah jadi momok dunia sejak tahun 1980an, di mana AS dan Uni Soviet bisa dengan mudah melakukan perang nuklir.
Jika hal ini terjadi, kota besar dan hutan akan terbakar, asap akan membentuk awan yang memblokade sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi. Partikel ini tak akan hilang meski 'dihujankan' ke Bumi selama bertahun-tahun.
Dalam skenario terburuk, diperkirakan 99 persen cahaya matahari akan terhalau untuk masuk ke Bumi dalam beberapa bulan. Tumbuhan tak bisa berfotosintesis, makanan untuk manusia dan hewan akan lenyap.
Belum lagi suhu permukaan Bumi akan menurun dan membuat Bumi akan lumpuh dalam dinginnya es, sementara tanaman dan hewan akan binasa dalam kegelapan.
Kondisi ini akan sangat mirip dengan kiamat yang disebabkan hujaman asteroid yang memusnahkan dinosaurus berjuta-juta tahun lalu.
Namun soal perang nuklir ini berkebalikan dengan kondisi Bumi kita sendiri yang makin panas.
3. Pemanasan Global
Isu pemanasan global yang sering muncul di berbagai media, ternyata bukan isapan jempol belaka. Bulan Februari tahun lalu, ternyata memecahkan rekor suhu Bumi terpanas.
Ilustrasi Pemanasan Global
Dilansir dari Daily Mail, NASA merilis sebuah data yang menunjukkan temperatur rata-rata permukaan global. Pada Februari tahun lalu, temperatur rata-ratanya 1,35 derajat Celcius lebih tinggi daripada temperatur rata-rata bulanan pada tahun 1951 hingga 1980. Ini adalah temperatur tertinggi dalam sejarah manusia. Bahkan para ilmuwan menganggap hal ini sebagai 'keadaan iklim darurat.'
Keadaan ini memecahkan rekor yang terjadi hanya di bulan sebelumnya. Pada Januari 2016, temperatur rata-rata berada 1,13 derajat Celcius lebih tinggi dari temperatur rata-rata, menurut hasil data yang disediakan oleh Goddard Institute for Space Studies milik NASA.
Laporan dari NASA ini adalah laporan yang sangat penting bagi berlangsungnya iklim di Bumi. Para analis dari Weather Underground, Jeff Masters dan Bob Henson bahkan menyatakan bahwa laporan ini mengejutkan layaknya bom. Sang analis juga menyatakan bahwa 'Pemanasan Arktik' adalah penyebab utama hal ini terjadi.
"Seperti ditunjukkan oleh tanda merah gelap dari laporan tersebut, sebagian besar dari Alaska, Kanada, Eropa timur, Rusia, serta samudera Arktik, berada pada temperatur 4.0 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata," ungkap Masters dan Henson.
NASA pun juga mengamini bahwa lautan Arktik yang sebenarnya adalah lautan es, telah terekam satelit mengalami kenaikan permukaan, dan pertumbuhan es nya sangatlah lambat.
Di Februari 2017, kenaikan es rata-rata hanya 14,22 juta kilometer persegi. Ini adalah angka paling rendah di bulan Februari sepanjang satelit pernah merekam. Ini lebih rendah sejauh 1,16 juta kilometer persegi di bawah angka rata-rata bulanan tahun 1981 hingga 2010.
Tentu jika lautan Arktik yang sangat penting bagi keberlangsungan Bumi agar tak tenggelam, justru meleleh karena makin tahun Bumi makin panas, tenggelamnya umat manusia merupakan bom waktu bagi kita semua.
Belum lagi, salah satu pemimpin dunia yang merupakan presiden AS, Donald Trump, tak percaya adanya pemanasan global.
Tidak ada komentar: