Ads Top

7 Ritual Kuno Yang Ternyata Baik dan Didukung Oleh Ilmu Pengetahuan, Ini Dia


NOTESIAGOY - Pengobatan ala tabib China, terapi yang dilakukan oleh dukun dan banyak sekali ramuan obat, memang seringkali manjur untuk digunakan. Praktiknya pun masih ada sampai saat ini. Masalahnya hanya ritual-ritual kuno tersebut tidak ada dasar medisnya.

Namun, karena ritual-ritual kuno ini ada banyak sekali di dunia, bahkan pengaruhnya hingga sampai dunia barat, ilmuwan seringkali mencoba untuk membedahnya seara ilmiah. Ilmuwan mencoba mencari kebenaran tentang berbagai hal ini.

Berikut adalah berbagai contoh ritual kuno yang ternyata disetujui oleh sains untuk tetap dipraktikkan oleh masyarakat.


1. Akupuntur


Akupuntur tentu sangat akrab di telinga orang Indonesia. teknik menempelkan jarum ke kulit pada titik-titik tertentu ini telah ada dari ribuan tahun yang lalu, dan sering sekali digunakan sebagai media penyembuhan oleh masyarakat kita. Pertama kali terdokumentasi, akupuntur bahkan telah ada sejak 100 tahun sebelum masehi.

Sebenarnya akupuntur cukup bertentangan dengan pendekatan 'gejala' yang dilakukan pengobatan barat. Meski demikian, akupuntur diteliti lebih lanjut dan langsung dapat pengakuan, Menurut British National Health Service, akupuntur dapat mendorong tubuh untuk menghasilkan endorphin yang mampu menghilangkan rasa sakit.

Selain itu, ada lebih dari 3000 uji klinis yang mempelajari manfaat akupuntur dalam rangkaian penyakit dan kondisi yang luas. Kini pun, akupuntur bisa untuk menyembuhkan obesitas, bahkan juga efektif diterapkan ke penyakit yang mendera binatang peliharaan seperti kucing dan anjing.


2. Meditasi


Di budaya timur, meditasi memang sangat akrab di telinga. Praktiknya pun telah terjadi selama berabad-abad. Di dunia barat, akhirnya para ilmuwan tertarik mempelajari meditasi karena keterkaitannya dengan ilmu saraf.

Beberapa penelitian secara ilmiah benar-benar menunjukkan kalau meditasi menghasilkan manfaat positif seperti kesabaran, kepercayaan diri, kebahagiaan, berkurangnya sikap menghakimi, lebih tenang, dan media pelepasan depresi dan kegelisahan.

Beberapa penelitian datang dari profesor Fisiologi, profesor Anestesiologi, dan profesor Farmakologi. Dari berbagai penelitiannya, diketahui kalau meditasi beserta berbagai aspek di dalamnya termasuk pengulangan mantra, mampu menurunkan perilaku agresif, kecemasan, dan depresi. Hal ini terjadi dengan cara pelepasan hormon anti stress dengan menurunnya kadar kortisol plasma. Bahkan di penelitian lain, meditasi bisa jadi solusi paling tepat untuk autisme dan alzheimer.


3. Tai Chi


Tai Chi adalah praktik kuno yang sudah sangat menjamur di dunia barat. Di China sendiri, Tai Chi yang merupakan olahraga semacam senam yang ditujukan secara spesifik untuk kesehatan dan kesejahteraan ini, ternyata telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga China.

Diketahui memiliki manfaat kebugaran bagi lansia, pada 2016 lalu, ada penelitian tentang hal ini yang memiliki hasil soal kemampuan mental yang mengalami peningkatan signifikan pada peserta lansia yang ber-Tai Chi selama 16 minggu.


4. Mengucapkan Mantra


Mantra adalah bahasa Sansekerta punya makna pembebasan pikiran. Cara kerja dari mantra sebenarnya mirip dengan mendengarkan musik, di mana frekuensi vibrasi beresonansi dengan otak kita dan bisa membangkitkan emosi. Hal ini diyakini oleh banyak sekali budaya dan individu untuk mampu membawa perubahan secara emosional bahkan fisik.

menurut sains sendiri, pada tahun 2011, sebuah studi yang dilakukan di National Institute of Mental Health and Neurosciences, di Bangalore, melihat efek pengucapan mantra "Om" secara neurohemodynamic menggunakan fMRI. Dalam penelitian ini, mereka mengamati 'penonaktifan' yang signifikan dalam salah satu sistem otak yakni limbik, yang bertanggung jawab atas fungsi mental dan emosi primitif kita.

Jika dilakukan perbandingan dalam dunia medis, fungsi meditasi ini mirip seperti pengobatan VNS, yang digunakan untuk mengurangi gejala epilepsi dan depresi yang tak mempan diobati. Pada treatment VNS, 'penonaktifan' sistem limbik di otak juga terjadi.


5. Hypnosis


Hypnosis dan hypnoterapi sudah diketahui secara luas di seluruh dunia, karena ampuh memerangi kecanduan merokok, menghilangkan fobia, atau bahkan menurunkan berat badan. Para ilmuwan pun akhirnya melakukan banyak uji coba untuk menguji manfaat hipnoterapi.

Seperti penelitian di tahun 2007 lalu yang dihelat peneliti di Mount Sinai School of Medicine, yang menyebut bahwa penggunaan hipnosis sebelum operasi pada pasien kanker payudara terbukti mengurangi jumlah anestesi yang diberikan selama operasi, dan menurunnya rasa sakit, mual, kelelahan dan ketidak nyamanan. Gangguan emosional pun berkurang ketimbang dengan prosedur standar.

Selain itu, periset di Stanford University juga memindai 57 otak dari orang yang menerapkan hipnosis untuk mengobati kecemasan, nyeri, atau trauma. Hasilnya subjek yang menerapkan hipnosis terlihat perbedaan perubahan sarafnya, ketimbang orang biasa.


6. Terapi Musik


Musik tentu sangat penting bagi kehidupan banyak orang. Musik bisa memompa semangat dan mengubah suasana hati jadi positif. Musik memang bukan praktik ritual yang banyak kita temukan di budaya timur. Namun tak bisa dipungkiri kalau musik selalu ada di tiap budaya, dan dilakukan di banyak praktik apapun termasuk terapi, tak cuma hiburan. Hal ini pun sudah berlangsung sejak lama.

Makin modern, makin banyak penelitian ilmiah yang membuktikan kalau musik dan terapi adalah sesuatu yang berkaitan. Seperti salah satu penelitian yang dilakukan oleh seorang Music Director bernama Anthony Holland dan ilmuwan dari Skidmore College. Mereka ingin tahu apakah musik bisa digunakan untuk menghancurkan gelas pada frekuensi tertentu, apakah suara bisa menghancurkan sel kanker atau penyakit lain.

Akhirnya, berdasarkan gagasan tersebut, ilmuwan lain mampu melakukan penelitian di laboratorium yang mampu melakukan 61 persen reduksi ke sel kanker. Jadi, terapi musik tak cuma bisa mengangkat semangat, namun juga menghancurkan kanker.


7. Aromaterapi


Aromaterapi mungkin sering kita lihat di spa. Namun praktik ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno, China dan India. Jadi, aromaterapi sudah ada lebih dari 6 abad lamanya. Para nenek moyang percaya beda aroma, beda efek di tubuh kita.

Di era sekarang, aromaterapi kerap dibicarakan para ilmuwan dengan melihat efeknya ke tubuh manusia. Beberapa studi melakukan penelitian dengan hasil yang baik soal aromaterapi. Seperti salah satu penelitian yang membuktikan bahwa pasien depresi makin butuh sedikit antidepresan setelah menghirup aromaterapi dengan aroma citrus.

Ilmuwan sendiri belum menemukan penyebab pasti soal tubuh yang bereaksi ke aromaterapi. Namun, para ilmuwan menyebut kalau sinyal biologis bisa langsung diterima oleh sel reseptor seketika aroma dihirup. Sinyal tersebut dikirim ke hypotalamus di otak, yang secara otomatis dapat merilis serotonin dan endorfin, yang merupakan hormon kesenangan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.