6 SDA Yang Terlihat Melimpah, Namun Ternyata Langka dan Harganya Selangit
NOTESIAGOY - Di tahun 1900, di Bumi ini hanya ada 1,6 milyar orang. Di tahun 50an, ada dua kali lipat jumlah tersebut dan di tahun 2000, ada 6 milyar orang di Bumi.
Dari penelitian di jurnal Global Enviromental Change, populasi global akan menyentuh hampir 10 milyar di abad ini.
Hal ini paling berpengaruh ke sumber daya alam. Terbukti dari berbagai survei, 1 dari delapan orang kelaparan, dan 1,3 milyar lainnya bahkan kesulitan akses listrik.
Uniknya, hal ini tak seberapa banyak dilihat bagi orang yang tinggal di perkotaan, kita tentu tak sadar kalau listrik, internet, bahkan air bersih, tak bisa diakses semua orang. Hal ini juga membuat sebuah hal penting yang kita butuhkan tersebut, harganya juga meroket.
Untuk itu, mari kita lihat SDA apa saja yang terlihat melimpah, namun ternyata langka dan harganya selangit.
1. Pasir
Tentu kita tak akan menyangka pasir bisa akan sangat langka. Namun pasir adalah hal yang sangat penting. Untuk membuat bangunan, beton, aspal, bahkan kaca, pasir dibutuhkan. Apa jadinya gedung tinggi, jalan tol, dan taman-taman indah tanpa pasir.
Pasir biasanya mudah ditemukan di dekat dengan volkano. Tentu hal ini akan sangat langka di tempat yang tak bervolkano. Jika Anda pikir di tempat yang dikelilingi gurun seperti jazirah Arab akan mudah? Jawabannya tidak. Dubai, mengimpor pasir dari Australia untuk membangun gedung Burj Khalifa.
2. Helium
Mungkin kita sering melihat balon-balon ulang tahun yang terisi helium. Namun nyatanya, helium cukup langka. Ini adalah sumberdaya yang tak bisa diperbaharui, dan memiliki guna jauh di luar sekedar balon.
Helium digunakan untuk mendinginkan magnet superkonduksi yang ada di mesin MRI atau mesin pemindai otak. Selain itu helium juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran di container yang sedang diuji ketahanannya terhadap tekanan tinggi.
Selain itu, para ilmuwan juga menggunakan helium untuk mendapatkan suhu terendah dari cryogen untuk dapat memanfaatkan fenomena mekanika quantum dengan lebih baik.
Unsur kimiawi helium tidak bisa digantikan atau direplikasi oleh elemen lain. Menurut para ilmuwan, satu-satunya tempat bagi umat manusia untuk bisa menambang helium adalah di Bulan.
3. Tanah
Sebuah berita buruk untuk umat manusia, karena ilmuwan memprediksi bahwa tanah di Bumi hanya akan bisa digunakan hingga 60 tahun ke depan saja. Perkebunan dan persawahan di tanah-tanah yang sama, sebenarnya menyedot nutrisi dari bagian atas tanah, dan membuatnya makin tidak bernutrisi dan tak jadi tanah subur.
Dengan tumbuhnya populasi dunia yang makin tinggi, dalam 20 hingga 50 tahun mendatang diproyeksikan permintaan terhadap bahan makanan akan naik 50 persen, namun produksi makanan akan secara gradual turun 30 persen di jenjang waktu yang sama. Hal ini karena tanah yang makin sulit ditanami.
Air bersih pun kini menurun karena naiknya air laut karena pemanasan global.
4. Sperma
Dari sebuah studi komprehensif yang melihat data dari tahun 1973 hingga 2011, konsentrasi dan jumlah sperma menurun sebanyak 52,4 persen di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Hal ini menyebabkan menurunnya risiko reproduksi.
Menurut para ilmuwan hal ini disebabkan oleh lingkungan. Pola makan yang buruk serta banyak sekali senyawa kimia berbahaya seperti endokrin yang dekat dengan kita yang bisa menurunkan kesehatan sperma. Belum lagi soal pestisida di bahan makanan serta tingkat stres di kota besar.
5. Ikan
Indonesia adalah negara maritim, sehingga di negara kita, ikan tak akan langka. Sama halnya seperti di negara kepulauan lain seperti Jepang dan Filipina. Namun Secara keseluruhan angka penangkapan ikan turun.
Diperkirakan hal ini adalah ketidakseimbangan ekosistem yang akhirnya membuat ikan mati secara perlahan.
6. Perawat
Kekurangan perawat adalah hal paling nyata yang dihadapi dunia saat ini. Hal ini dikarenakan jumlah lansia meningkat pesat, di mana di AS saja, jumlah ini akan meningkat 75 persen. Hal ini dibarengi dengan turunnya jumlah perawat,
Hal ini terjadi karena sekolah perawat secara global turun jumlah mahasiswanya. Alasannya sebagian besar faktor teknis, seperti ruangan kelas yang tak memadai, biaya praktik, objek praktik dan berbagai hal lainnya.
Hal ini dikombinasikan dengan waktu kerja perawat yang sungguh padat. Hal ini membuat banyak perawat yang pensiun dini.
Tidak ada komentar: